PMD on Cattle

Part II

 

Indonesia pernah menjadi negara tertular PMK (Ronohardjo et al. 1984), dan penyakit ini pertama kali dilaporkan pada pada tahun 1887 di Malang, yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah Indonesia, seperti pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan. Saat itu, Pemerintah Indonesia membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun untuk membebaskan PMK dari Indonesia.

Dilansir dari Antara, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) akhirnya menyatakan bahwa Indonesia bebas PMK pada 1990. "Indonesia perlu waktu 98 tahun untuk membebaskan PMK dari bumi Indonesia pada 1986 yang kemudian diakui oleh OIE pada 1990," terang Slamet Raharjo, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan UGM, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/5/2022). Kendati demikian, kasus PMK kembali ditemukan di Gresik dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Timur pada Kamis (28/4/2022). Kasus tersebut diikuti oleh laporan kasus PMK di sejumlah daerah, seperti Semarang, Lombok, hingga Aceh.


Gambar 1. Kaki Ternak yang Terkena PMK




Penyebab

Penularan PMK pada ternak sapi  bisa dalam bentuk kontak langsung melalui produk hewan/pertanian yang sudah terjangkit virus pmk baik dari dalam maupun luar negeri seperti beberapa tahun terakhir ini indonesia merupakan importasi daging kerbau dan produk pertanian dari India yang merupakan negara yang belum bebas dari PMK.

Pengawasan yang lemah terhadap lalu lintas ternak di indonesia menjadi faktor pendukung indonesia bisa kembali terjangkit PMK, seperti impor hewan atau produk pertanian secara ilegal yang tidak melalui karantina.

Kurang optimalnya dalam penerapan biosequrity dan kurangnya sumber daya manusia menjadi faktor lain menjamurnya PMK di indonesia. Berdasarkan data dari OIE, penyakit mulut dan kuku (PMK) di Asia Tenggara mengalami kecenderungan peningkatan pada periode 2020-2022. Hal tersebut tidak terlepas juga dari kontribusi adanya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan terjadinya pembatasan kegiatan termasuk berkurangnya sumberdaya untuk pengendalian dan penanggulangan PMK.

Penyakit mulut dan kuku pada ternak kembali masuk ke Indonesia dan telah menyebar ke 15 provinsi di Indonesia. Pengamat Kesehatan Hewan Internasional Tri Satya Putri Naipospos menduga penyakit itu masuk ke Indonesia ada kaitannya dengan beberapa negara di Asia Tenggara yang melaporkan adanya peningkatan kasus PMK. Tri Satya menjelaskan peningkatan situasi penyakit mulut dan kuku di Asia Tenggara ini banyak dilaporkan pada ternak sapi, sedangkan pada ternak lainnya relatif kecil.

Menurut dokumen Report of the 24th SEACFMD National Coordinators Meeting tahun 2021 pada Website OIE Sub-Regional Representative for Southeast Asia menampilkan informasi kasus kejadian PMK yang disebabkan oleh virus O/ME-SA/Ind-2001 pertama kalinya di negara Kamboja, setelah sebelumnya juga ditemukan di hampir semua negara tertular PMK di Asia Tenggara.

Pencegahan

Untuk daerah tertular :

§  Vaksin virus yang aktif mengandung adjuvant

§  Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada  antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah.

Untuk daerah bebas :

§  Pengawasan lalu lintas ternak

§  Pelarangan pemasukan ternak dari daerah tertular

Sedangkan upaya penanganan yang dapat dilakukan adalah :

1.      Isolasi ternak sakit

2.      Pemberian antipiretik, analgesic

3.      Pemberian vitamin & suplemen ATP

4.      Pemberian antibiotic (Long Action)

5.      Kuku yang luka diberi obat semprot luka


Biosekuriti kendaraan

Penyemprot Ban dan bagian bawah kendaraan dengan menggunakan larutan disinfektan atau melalui bak dipping kendaraan.


Biosekuriti Ternak

§  Setiap ternak yang baru masuk ke lokasi peternakan perlu ditempatkan terlebih dulu di kandang karantika/isolasi selama 14 hari dan dilakukan pengamatan yang intensif terhadap gejala penyakit.

§  Jika terdapat gejala klinis penyakit, maka segera pisahkan dan dimasukkan ke kandang isolasi dan ditangani lebih lanjut oleh petugas kesehatan hewan dan dilaporkan pada dinas peternakan setempat.

§  Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans.

§  Pemotongan hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan - hewan yang kemungkinan kontak dengan agen PMK.

§  Musnahkan bangkai, sampah, serta seluruh produk hewan pada area yang terinfeksi.

§  Pelarangan pemasukan ternak baru dari daerah tertular

§  Untuk peternakan yang dekat daerah tertular maka ada anjuran untuk melaksanakan Vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant

§  Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah.

Bagi ternak yang telah terinfeksi virus, maka ada beberapa metode alternative pengobatan dan pengendalian dengan cara berikut ini

1.    Pengobatan pada sapi yang terinfeksi

§  Melakukan pemotongan jaringan tubuh hewan yang terinfeksi.

§  Kaki yang sudah terinfeksi bisa diterapi dengan chloramphenicol atau larutan cuprisulfat.

§  Melakukan Injeksi intravena preparat sulfadimidine

§  Hewan yang terserang penyakit harus karantina yakni dipisahkan dari hewan yang sehat selama masa pengobatan

 

2.      Pencegahan pada sapi yang sehat

§  Hewan yang tidak terinfeksi harus ditempatkan dalam kandang yang kering dan dibiarkan bebas jalan-jalan.

§  Berikan pakan yang cukup untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh hewan yang sehat

§  Pada kaki hewan ternak yang sehat diolesi larutan Cuprisulfat 5% setiap hari selama satu minggu

 

 

Sumber :

Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia. Penyakit Mulut dan Kuku. Kementan Pertanian. Tahun 2022

http://dkpp.jabarprov.go.id/post/694/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-hewan-ternak-ruminansia

https://www.undip.ac.id/post/24488/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-hewan-ternak-dalam-pandangan-pakar-fpp-undip.html