LAMTORO
Lamtoro mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan tahunan 650 mm sampai 3000 mm. Tanaman ini toleran terhadap iklim kering (300 mm) dengan periode kekeringan 6 sampai 7 bulan sehingga sangat cocok dikembangkan didaerah kering beriklim kering sebagai tanaman yang dapat menghasilkan hijauan pakan ternak sepanjang tahun. Daun lamtoro sangat disukai ternak ruminansia dan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi sebagai pakan.
Kandungan nutrisi dari lamtoro yaitu :
- Protein Kasar (PK) ≥ 20%,
- Neutral Detergent Fibre (NDF) berkisar 40%,
- Acid Detergent Fibre (ADF) berkisar 25%,
- kecernaan ≥ 65%
- Energi termetabolisme (ME) sebesar 11 MJ/kg.
Asal usul, anak jenis dan persebaran
Lamtoro
berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, dan dari situ kemudian menyebar luas.
Penjajah Spanyol membawa biji-bijinya dari sana ke Filipina pada akhir abad
XVI. Dari tempat ini mulailah lamtoro menyebar luas ke pelbagai bagian dunia.
Lamtoro ditanam sebagai peneduh tanaman kopi, penghasil kayu bakar, serta
sumber pakan ternak yang lekas tumbuh. Lamtoro mudah beradaptasi, dan dengan
cepat tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika;
termasuk pula di Indonesia
Pemanfaatan
Sejak lama lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi, sumber kayu bakar dan pakan ternak. Di tanah-tanah yang cukup subur, lamtoro tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran dewasanya (tinggi 13–18 m) dalam waktu 3 sampai 5 tahun. Tegakan yang padat (lebih dari 5000 pohon/ha) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 m³ per hektare per tahun. Pohon yang ditanam sendirian dapat tumbuh mencapai gemang 50 cm. Jika ditanam di dekat-dekat pohon lainnya, maka pohon di sampingnya akan kekurangan sinar matahari. Oleh sebab itu, biasanya lamtoro/petai cina ditanam sebagai pohon pelindung/peneduh, dan untuk menanggulangi terjangan angin ribut. Tumbuhan ini juga dapat dipakai untuk pupuk hijau -dengan cara membenamkan daun pangkasnya sebagai pupuk dalam tanah. Pemanfaatan lamtoro sebagai rambatan hidup tanaman vanili (1920-1930)
Lamtoro
adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak ditanam
dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Pohon ini sering ditanam dalam
jalur-jalur berjarak 3–10 m, di antara larikan-larikan tanaman pokok. Kegunaan
lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau,
rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, vanili, markisa
dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di
hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa, lamtoro kerap ditanam
sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan
meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran lamtoro memiliki nodul-nodul akar
tempat mengikat nitrogen dan banyak menghasilkan daun sebagai sumber
organik.
0 Komentar